Dalam sebuah percakapan dengan seorang teman, ia mengungkapkan kejengkelannya terhadap anggota keluarganya yang tidak sigap menangkap peluang. Ada yang membutuhkan pekerjaan tetapi setelah ada lowongan pekerjaan, mereka sibuk dengan hal lain yang tidak terlalu penting.
Selain alasan kesibukan, ada lagi yang lebih aneh yakni tidak yakin dengan kemampuan diri sendiri. Ketidakyakinan ini, menurut saya adalah dosa paling besar di hadapan Sang Pencipta.
Bayangkan: anggota tubuh masih lengkap dan otak tidak mengalami kemunduran kewarasannya. Apalagi yang membuat ragu dengan dirimu sendiri dan tidak mencoba seperti yang lain?
Baca juga: Tentang Menulis; Kerja Sama Otak dan Tangan
Dalam persaingan merebut keberhasilan –dalam bidang apapun – saya kira kita hanya perlu mencoba dan siap untuk salah. Dalam konteks usaha mencari kerja, kita seringkali kali terkapar oleh ketiadaan pengalaman dalam bidang yang ingin dikerjakan.
Sebenarnya bukan perkara ketidakadaan pengalaman yang merintangi niat kita. Sikap menutup diri dan ketidaksediaan untuk belajar adalah sumber kegagalan setiap orang sebagai pribadi.
Nilai tersembunyi dalam proses belajar adalah penerimaan seseorang atas kondisi ketidaktahuannya. Ia tidak tahu sesuatu maka ia terbuka dan mulai mempelajarinya.Tidak ada yang lebih buruk daripada hanya berpangku tangan menyesali kegagalan yang telah lewat.
Ada sebuah analogi untuk merefleksikan kegagalan. Jika Anda melihat tomat yang busuk karena kualitasnya buruk, Anda tidak boleh terlalu terpaku pada keburukan tomat yang gagal tersebut.Mulailah berpikir dan mencari cara agar tomat-tomat lain tidak menjadi busuk dan buruk.
Salut dan hormat kepada mereka yang tidak lelah mencoba. Dan berikan olokan yang pantas bagi mereka yang gagal karena tidak pernah mencoba dan takut salah.
* Keterangan gambar: Kangkung di halaman rumah kami yang terus tumbuh setelah melewati musim kemarau yang lama.
Comments
Post a Comment